MediaNanggroe.com – Bukit Goa Jepang di kawasan Perbukitan Blang Panyang, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Aceh, menjadi objek wisata bersejarah yang ramai dikunjungi wisatawan.
Sebuah gua nan apik dengan nilai sejarah, berdiri gagah dengan ketinggian sekitar 200 meter dari areal permukaan buket Panggoi, Gampong Blang Panyang, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.
Letak Gua itu memang diketinggian 100 meter di atas permukaan laut. Masyarakat lokal mengenalnya dengan sebutan Bukit Gua Jepang. Sedangkan Pemerintah Lhokseumawe menamai obyek wisata ini sebagai Taman Ngieng Jioh (Taman Melihat Jauh)
Banyak wisatawan datang, baik lokal maupun luar daerah menikmati alam dan sambil mempelajari sejarah masa penjajahan Jepang di Aceh.
Destinasi wisata Bukit Goa Jepang merupakan objek bangunan peninggalan masa penjajahan Jepang yang digunakan sebagai tempat persembunyian dan logistik tentara Dai Nippon tersebut kini menjadi daya tarik wisatawan.
Selain menyisakan sejarah jejak kaki tentara Dai Nippon (Jepang), para pengunjung juga dapat menikmati keindahan alam nuansa perbukitan dan kerlap kerlip lampu yang dipancarkan dari areal pabrik Perta Arun Gas (PAG), serta objek dari keindahan laut dan hijaunya pepohonan di tengah perkotaan berjulukan “Petrodolar” itu.
Gua Jepang dibangun pada 1942 itu menjadi bukti sejarah kelam bagi masyarakat Aceh pada masa penjajahan Jepang di Indonesia.
Dibagian atas terdapat bangunan-bangunan serupa pondok. Bangunan yang terbuat dari beton itu menyebar mulai puncak hingga lereng bukit untuk pengunjung yang ingin menikmati semilir angin dan panorama lautan luas dari atas bukit, fasilitas kamar mandi, toilet, tempat bersantai dan sarana pendukung lainnya yang desain arsitektur lanskapnya menyerupai sebuah taman tempat bersantai di atas bukit itu.
Salah seorang pengunjung asal Lhokseumawe Rahmat mengatakan setiap harinya lokasi wisata tersebut dikunjungi sekitar 200 wisatawan. Sementara pada akhir pekan mencapai dua kali lipat dibandingkan hari biasanya.
“Bahkan pada saat hari besar seperti lebaran, pengunjung bisa mencapai 1.000 orang per hari. Mereka menikmati liburan sambil berfoto ria,” kata Rahmat.
Di perbukitan tersebut terdapat 24 gua peninggalan penjajahan Jepang, namun yang dibebaskan untuk dijadikan lokasi wisata hanya satu gua saja dan memiliki tujuh lorong, kata Rahmat.
“Pengunjung bisa masuk ke dalam lorong tersebut dengan membayar sebesar Rp3.000 per orang dan Rp5.000 untuk dua orang,” kata Rahmat menyebutkan.
Rahmat menambahkan, tidak jauh dari gua tersebut, terdapat sebuah taman yang diberi nama Taman Ngieng Jioh. Taman tersebut menyajikan panorama laut dan perbukitan yang dapat memanjakan mata pengunjung.
“Untuk masuk ke lokasi wisata ini, pengunjung juga tidak perlu merogoh kocek yang besar, karena kami hanya mematok biaya Rp5.000 per sepeda motor dan Rp20 ribu per mobil,” katanya.
Namun demikian, kata Rahmat, pihaknya mengharapkan kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe mengalokasikan anggaran untuk membuat sumur bor di lokasi tersebut untuk kebutuhan pengunjung.
“Kami juga meminta pemerintah menambah arena permainan untuk anak-anak di taman wisata ini. Dengan begitu, dapat meningkatkan jumlah pengunjung ke tempat wisata ini,” katanya. {Adv}
#Disbudpar Aceh
Discussion about this post