MediaNanggroe.com, Banda Aceh – Di tengah tingginya kebutuhan darah bagi masyarakat Aceh, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banda Aceh malah mengirim sekitar 2.000 kantong darah ke Tangerang, Banten.
Pengiriman ribuan kantong darah itu diungkapkan Sekretaris Umum (Sekum) PMI Kota Banda Aceh, Syukran Aliansyahputra. Menurutnya pengiriman darah ke wilayah Pulau Jawa tersebut dilakukan pada bulan Januari, Februari dan April tahun 2022.
“Sekitar 2 ribu kantong darah diangkut kesana (Tangerang), pengiriman dilakukan bulan Januari, Februari dan April sedangkan bulan Maret kosong,” terang Syukran kepada anteroaceh.com Rabu (11/5/2022).
Syukran mengaku ia dan pengurus lainnya tidak mengatahui adanya pengiriman darah dalam jumlah besar tersebut karena keputusan pengirim darah itu tidak diambil oleh Ketua PMI Kota Banda Aceh, Dedi Sumardi.
“Kami tidak pernah tahu, juga kami tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan pengiriman darah ke Tangerang,” sebutnya.
Syukran mengatakan PMI sebelumnya pernah melakukan sidak ke Unit Donor Darah (UDD) pada akhir Maret lalu, namun tidak ditemukan adanya permohonan, permintaan maupun kerjasama terkait pengiriman darah ke Tangerang.
Ironisnya, darah yang diangkut itu hanya dibayar Rp. 300.000 per kantong. Jika mengacu pada Permenkes nomor 91 Tahun 2015 tentang biaya pengganti pengolah darah seharusnya per kantong darah tersebut senilai Rp. 360.000.
Sementara itu, Ketua Bidang Pelayanan Kesehatan Sosial UDD PMI Kota Banda Aceh dr. Natalina Kristanto menerangkan, jika dilihat dari Standar Operasional Prosedur (SOP) pengiriman darah, darah boleh dikirim ke daerah lain dengan catatan pada wilayah tersebut stok darah sudah terpenuhi, dengan melakukan koordinasi dengan UDD pusat dan UDD yang ada di wilayah yang lain.
dr. Natalina menyebutkan data dari tahun 2018 ada sekitar 750 penderita Talasemia yang hingga saat ini masih melakukan transfusi rutin di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin.
“Artinya jika dalam satu bulan per orang membutuhkan dua atau tiga kantong darah, kita minimal harus memiliki 1.500 kantong per bulannya,” terang dr Natalina.
Jumlah 1.500 kantong tersebut hanya untuk penderita Talasemia, belum termasuk untuk pasien yang memerlukan darah lainnya, seperti kecelakaan, pendarahan melahirkan, Hemodialisa (cuci darah) dan lainnya.
“Bulan ramadhan kemarin, total kantong darah yang ada di PMI 1.500, 600 kantong darah di kirim ke Tangerang sebanyak dua kali, mengapa harus memaksakan diri mengirim ke luar, sedangkan kita saja masih kekurangan,” jelasnya.
Sementara Ketua PMI Kota Banda Aceh, Dedi Sumardi yang dikonfirmasi secara terpisah membantah stok darah di Aceh menipis menurutnya ketersedian darah di Aceh memadai.
Ia juga membernarkan PMI Kota Banda Aceh melakukan pengiriman darak ke PMI Tangerang.
“Benar, tetapi kita kirim darah kesana, saat darah di Aceh sudah terpenuhi dan mencukupi, tidak mungkin juga kita mengirim jika di daerah kita kekurangan,” terangnya.
Terkait biaya darah yang dibayarkan, menurut Dedi itu merupakan kesepakatan antar UDD PMI Kota Banda Aceh dengan UUD PMI Tangerang.
“Biayanya itu bukan Rp.300 ribu, setahu saya Rp.330 ribu per kantong, itu karena telah ada kesepakatan tertulis dalam MoU,” jelasnya
Dedi Sumardi juga mengatakan dirinya kerap membuat rapat untuk membahas hal tersebut dengan pengurus lainnya namun pengurus PMI Kota Banda Aceh kerap tidak hadir saat rapat.
“Mereka tahu, jika darah ini di kirim ke Tangerang dan saya sering mengadakan rapat, tetapi mereka yang tidak pernah datang,” pungkas Ketua PMI Kota Banda Aceh, Dedi Sumardi.
Discussion about this post