MediaNanggroe.com – Kota Banda Aceh memiliki sangat banyak wisata alternatif bagi warganya atau wisatawan yang berkunjung ke ibu kota provinsi Aceh tersebut.
Jaraknya juga sangat dekat dengan pusat kota dan belum banyak dipadati pengunjung. Jika berkunjung ke Pantai Lampuuk, Momong atau Pantai Lhoknga sudah sgat lazim, karena dipenuhi pengunjung, maka kamu bisa coba pantai lainnya di Banda Aceh, yaitu Pantai Ujong Pancu.
Pantai Ujong Pancu berada di sebelah barat Banda Aceh, tepatya Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Dari pantai Ulee Lheue, jaraknya hanya 10 kilometer, dengan waktu tempuh sekitar 10-15 menitnya. Akses jalannya sudah sangat bagus, karena memang kawasan perkampungan nelayan.
Pantai Ujong Pancu terdapat beberapa bagian, pertama terdapat area dengan hamparan pasir kecokelatan yang luas. Pada area ini kerap dijadikan pengunjung untuk mandi-mandi atau bermain pasir. Jika hari biasa, pengunjungnya memang sepi, tapi jika akhir pekan jumlahnya akan ramai.
Pantai Ujong Pancu ini kerap jadi pilihan bagi pengunjung yang membawa keluarga dan anak-anaknya. Pasalnya, dengan ombak yang tenang dan pasirnya yang luas, pengunjung merasa nyaman mandi dengan membawa bocah-bocah.
Pantai ini berada dalam garis pantai yang membentuk ceruk seperti teluk, sehingga ombak sangat tenang. Dari pantai ini, Kota Banda Aceh akan terlihat jelas secara kasat mata. Di depannya berdiri dengan kokoh Pulau Tuan, yang memiliki keindahan bawah laut dan cocok untuk snorkeling.
Jika akhir pekan, maka riuh anak-anak berlari-lari membawa ban sebagai pelampung akan jadi pemandangan khas dari Pantai Ujong Pancu ini.
Di lokasi ini juga terdapat beberapa café milik warga setempat, yang menyediakan berbagai makanan ringan hingga minuman. Karena pengunjungnya hanya ramai saat akhir pekan, maka café-café di lokasi ini memang hanya menyediakan menu sederhana.
Tapi jangan khawatir, perut keroncongan selepas lelah berenang akan teratasi. Warga sekitar juga menyewakan banyak ban sebagai pelampung, untuk anak-anak mandi di pinggir pantai.
Tak jauh dari lokasi pertama, sekitar 500 meter ke depannya, terdapat area pantai yang bertepikan tebing karang dan bebatuan. Pantai berada antara lereng bukit dan laut. Areanya tidak luas, tapi cukup untuk bersantai. Terdapat sebuah café dengan pondok-pondok gazebonya yang telah usang.
Di lokasi ini, terdapat menu andalan, Mi Gurita. Rasanya sangat nikmat dengan balutan rempah yang lengkap. Daging guritanya juga sangat empuk dan gurih. Karena gurita yang digunakan kebanyak ukuran kecil dan masih muda.
“Kalau Jalan-jalan ke Ujong Pancu ini yang wajibnya makan Mi Gurita-nya. Rasanya cukup lezat, apalagi makan di tepi pantai gitu,” ujar Dedi Saputra, salah satu pengunjung.
Sayangnya, karena gurita itu hasil buruan nelayan setempat, maka tidak tersedia setiap hari, sangat tergantung dari hasil tangkapan nelayan. Jadi kalau mau dapat gurita, sangat untung-untungan. Lokasi kedua ini kerap dijadikan lokasi memancing bagi para penggemar kepala kail. Mereka menyukai lokasi ini, karena ragam ikannya yang bisa didapati sangat banyak. Biasanya pemancing akan menghiasi batu-batuan besar di sepanjang pantai tersebut.
Di bagian ujung Pantai Ujong Pancu ini juga terdapat Makam Hamzah Fansuri, yang berada di atas bukit. Beberapa orang datang untuk ziarah ke makam yang beraad di dalam lebatnya hutan ini. Meskipun hinga saat ini, di kalangan sejarawan masih ada terdebatan mengenai keaslian makam tersebut, karena terdapat dua makam Hamzah Fansuri di Aceh yaitu di Ujong Pancu dan Subulussalam. {Adv}
Discussion about this post