MediaNanggroe.com, Banda Aceh – Pawai kapal hias Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 menghipnotis ribuan masyarakat pada Minggu 5 November 2023. Pawai ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang ditunggu-tunggu.
Pawai kapal hias ini dimulai dari jembatan Peunayong sampai Jembatan Simpang Lima, Banda Aceh. Setidaknya ada 18 kabupaten/kota yang menjadi peserta pawai kapal hias, di antaranya Bireuen, Simeulue, Sabang, Aceh Tamiang, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Nagan Raya, Aceh Singkil, Aceh Timur, Pidie Jaya, Aceh Utara, Subulussalam, Langsa, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Besar, Lhokseumawe, dan Banda Aceh.
Setiap peserta menampilkan sejarah, cerita, kesenian, tradisi, dan ikon daerah masing-masing. Iring-iringan kapal hias ini juga ditampilkan modifikasi kapal sitaan Portugis, kapal rempah, hingga armada Cheng Ho.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal mengatakan, pawai kapal hias diikuti 18 kabupaten/kota di Aceh. Peserta memodifikasi kapal sesuai dengan ciri khas dan ikon daerah masing-masing.
“Dapat kita lihat pawai kapal hias ini mendapat apresiasi dari ribuan masyarakat Aceh, terlihat dari antusias masyarakat, dari jembatan Peunayong samai jembatan Beurawe disesaki oleh masyarakat,” ujar Almuniza.
Almuniza melihat, para penonton juga memberikan sambutan positif kepada setiap peserta yang mengarungi Krueng Aceh, sebagai sungai penuh sejarah di Aceh.
“Kami mohon maaf juga kepada masyarakat yang mungkin terkena macet karena kegiatan ini karena memang banyaknya penonton. Kami sebagai penyelenggara atas nama Pemerintah Aceh mengucapkan terima kasih atas dukungannya,” ujar Almuniza.
Beberapa peserta pawai kapal hias yang tampil dengan nuansa khas daerah masing-masing, seperti Kabupaten Aceh Selatan yang khas tampil dengan kapal bermoncong naga. Aceh Selatan digambarkan sebagai kapal pengangkut rempah dan erat kaitannya dengan posisi kabupaten itu sebagai penghasil pala terbesar.
Juga ada kapal dari Kota Banda Aceh yang digambarkan sebagai Armada Laksamana Cheng Ho, dalam sejarahnya datang dari Negeri China ke Bandar Aceh Darussalam (kini Banda Aceh).
Selanjutnya kapal Aceh Barat, ditampilkan sebagai pengangkut rempah yang kerap singgah ke Bandar Meulaboh di masa lampau. Tak lupa meriam kuno khas Eropa menghiasi keladak kapal.
Kapal Aceh Jaya yang menampilkan kapal Nisero. Dalam sejarahnya Kapal Nisero adalah milik eropa yang kemudian disita para pejuang di kawasan Aceh Jaya yang saat itu dipimpin seorang panglima asal Teunom.
Tak ketinggalan, Kabupaten Simeulue tampil ikonik dengan memodifikasi kapalnya menjadi lobster raksasa. Lobster merupakan komuditas khas Simeulue yang sudah dikenal hingga mancanegara.[]
Discussion about this post