MediaNanggroe.com, Banda Aceh – Draft Buku Usulan Pokok-pokok Pikiran (pokir) anggota DPR Aceh tahun 2023, bocor. Dokumen dengan logo Bappeda Aceh itu diberi catatan kecil “Edisi Tahapan RAPBA 2023” di pojok kiri atas.
Jika mengacu data yang ada dalam draft tersebut, jumlah anggaran pokir DPRA tahun 2023 mencapai Rp 1,5 trilun lebih. Dengan demikian, biaya pembangunan Aceh tahun 2023 yang berada di bawah “kendali” anggota legislatif mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun.
Data dalam draft buku itu memuat informasi sangat fantastis, berisi alokasi anggaran pokir anggota DPR Aceh mulai dari ketua, para wakil ketua, hingga seluruh anggota. Jumlahnya berbeda-beda, mulai Rp 7 miliaran hingga yang paling tinggi Rp 135 miliar.
Ketua DPR Aceh yang juga merangkap ketua Badan Anggaran (Banggar) Saiful Bahri yang dikonfirmasi terkait dokumen daftar anggaran pokir anggota DPRA yang bocor ke publik menanggapi santai informasi tersebut. Bahkan, ia menilai, beredarnya daftar pokir Dewan sebagai sesuatu yang bagus.
Menurut Pon Yaya — sapaan akrab Saiful Bahri — dokumen itu bukan rahasia negara. Rakyat, kata dia, harus mengetahui apa itu pokir dan kemana anggaran itu disalurkan. “Saya lebih setuju, Rp11 triliun APBA 2023 dibuka sejelas-jelasnya kepada rakyat,” kata Pon Yahya menjawab konfirmasi media, Senin (20/2/2023) malam.
Lewat group WhatsApp (WA), dokumen itu dengan cepat beredar luas. Data itu memuat program-program usulan masing-masing anggota dewan beserta besaran pagunya.
Draft buku itu memuat dengan lengkap daftar alokasi pokir untuk 81 anggota DPRA, mulai unsur pimpinan, para ketua fraksi, dan komisi. Dari daftar terlihat, pokir Ketua DPRA, Saiful Bahri, adalah sebesar Rp 135 miliar lebih. Selanjutnya, Safaruddin (Wakil Ketua III) Rp 91 miliar lebih, Hendra Budian (eks Wakil Ketua II) Rp 85 miliar lebih, dan Dalimi (Wakil Ketua I) Rp 74 miliar lebih.
Teuku Raja Keumangan (TRK) yang saat menjabat Wakil Ketua II menggantikan Hendra Budian, hanya dapat jatah dana pokir Rp 19 miliar lebih. Anggota dewan yang dapat jatah pokir paling sedikit adalah Wahyu Wahab Usman, hanya Rp 7 miliar lebih.[]
Discussion about this post